Semester pertama 2022, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menderita rugi bersih Rp205,12 miliar atau memburuk dibanding priode yang sama tahun lalu membukukan laba bersih Rp57,6 miliar. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan telah audit yang dirilis di Jakarta, kemarin.
Kemudian penjualan merosot 20,3% menjadi Rp4,425 triliun karena penjualan obat ethical produk pihak ketiga melorot 7,9% menjadi Rp1,358 triliun. Senasib, penjualan alat kesehatan, jasa klinik, laba klinik dan lain lain produk pihak ketiga turun 20,09% menjadi Rp803,15 miliar. Bahkan penjualan obat generik produksi sendiri anjlok 55,4% sisa Rp342,84 miliar.
Tapi penjualan obat OTC produk pihak ketiga tumbuh 2,3%menjadi Rp864,49 miliar. Demikian juga dengan penjualan obat generik produk pihak ketiga meningkat 26,1% menjadi Rp516,11 miliar. Walau beban pokok penjualan dapat ditekan sedalam 20,25% menjadi Rp2,948 triliun, tapi laba kotor tetap turun 20,6% menjadi Rp1,476 triliun.
Lalu beban usaha turut bengkak 0,33% menjadi Rp1,605 triliun. Kian tertekan dengan adanya beban keuangan sebesar Rp246,68 miliar. Dampaknya, perseroan mengalami rugi sebelum pajak sedalam Rp256,1 miliar. Emiten farmasi ini menargetkan pendapatan Rp 14,26 triliun atau tumbuh hingga 11% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 12,85 triliun.
Direktur Produksi dan Supply Chain Kimia Farma Andi Prazos pernah bilang, target pertumbuhan pendapatan tersebut seiring adanya perbaikan-perbaikan kinerja yang terjadi di hampir semua industri farmasi akibat adanya perubahan-perubahan dari beberapa produk yang akan diserap pasar.”Dengan demikian, KAEF juga akan melakukan hal yang sama. Kita sudah sampaikan beberapa antisipasi dan inovasi untuk meng-grab pendapatan di tahun ini karena pasti ada perubahan beberapa produk yang diserap pasar sehubungan dengan sudah turunnya Covid-19 di Indonesia,” jelas Andi.