Pengamat memperkirakan bahwa jumlah bank digital di Indonesia akan terus bertambah, setidaknya akan ada tiga bank digital baru untuk tahun depan. Persaingan pun akan semakin ketat, terutama dalam menggelontorkan biaya promosi atau bakar duit.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan, tahun depan setidaknya akan ada 2-3 bank digital baru di Indonesia. Satu bank digital yang hampir dipastikan meluncur tahun depan adalah bank digital besutan perusahaan fintech terkemuka WeLab Sky Limited.
Peluncuran bank digital itu direncanakan tahun depan setelah WeLab mengakuisisi PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) bersama PT Astra International Tbk. (ASII) melalui PT Sedaya Multi Investama (SMI) atau Astra Financial.
“Persaingan pun akan ketat. Mereka masih akan berdarah-darah dan bakar-bakar uang untuk bisa menarik nasabah baru baik dari sisi funding maupun lending,” katanya, Senin (7/11/2022).
Menurutnya, bank digital tahun depan masih akan banyak menggelontorkan biaya promosi guna menarik nasabah baru. Sementara, berdasarkan laporan keuangan per kuartal III/2022, sejumlah bank digital memang telah gencar mendorong biaya promosi ini.
PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) misalnya mencatatkan beban promosi Rp270,66 miliar hingga akhir September 2022. Jumlah ini meningkat 113 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
PT Bank Jago Tbk. (ARTO) juga mencatatkan biaya promosi Rp126,06 miliar atau bengkak hingga 120 persen yoy dari posisi Rp57,25 miliar pada akhir September 2021.
Lalu, bank digital besutan Chairul Tanjung yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) yang merengkuh beban promosi Rp90,13 miliar pada periode yang sama. Angka tersebut melonjak sekitar 834 kali dari posisi Rp108 juta pada September 2021.
Amin mengatakan, beradu promosi merupakan strategi bisnis yang lumrah. Dia mengingatkan dengan apa yang terjadi pada beberapa tahun silam, di mana saat pertama kali bank mengeluarkan produk berupa kartu ATM maupun kartu kredit. Amin mengatakan bahwa di saat itu, bank juga melakukan promosi besar-besaran.
Hal yang sama pun terjadi pada era berikutnya, yakni financial technology atau fintech. Amin menyampaikan fintech juga seperti beradu besar anggaran promosi.
Namun, ke depan akan ada tantangan yang mesti dihadapi bank digital agar bisa bertahan dalam persaingan. Pertama, mengembangkan inovasi produk dan layanan.
Kedua, menjangkau masyarakat yang belum bankable untuk bisa akses ke bank digital. “Ketiga, efisiensi proses serta biaya yang lebih ditekan,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, bank digital merupakan keniscayaan masa depan. “Semua bank akan berproses baik secara bertahap maupun secara cepat untuk menjadi bank digital. Ada bank yang langsung membentuk bank digital, sementara ada bank-bank lain yang berproses dengan meningkatkan pelayanan digital,” ungkapnya.
Dia juga mengatakan, persaingan perbankan terkait digitalisasi ini akan terus meningkat. Tidak hanya persaingan antar bank digital, namun juga dengan bank biasa yang gencar menyediakan layanan digital. (bns)